Apa itu media sosial?
Menurut Tech Target, media sosial merupakan kumpulan situs web dan aplikasi yang berfokus pada komunikasi, interaksi berbasis komunitas, berbagi konten, serta kolaborasi secara daring (Kompas, Soffya Ranti, 2025). Sederhananya, media sosial adalah media digital yang memungkinkan kita untuk berinteraksi secara online tanpa batasan ruang dan waktu. Contoh platformnya yakni WhatsApp, Instagram, Tiktok, Facebook, X, dan lain sebagainya. Kini media sosial banyak dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, media pertemanan, media hiburan, media informasi, hingga keperluan bisnis.
Apa itu etika?
Dikutip dari buku Etika Lingkungan Hidup (2010) karya A. Sonny Kerat, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika berkaitan erat dengan tata cara hidup yang baik dalam kehidupan individu maupun masyarakat. Etika merupakan pedoman bagaimana sepatutnya manusia harus hidup dan berperilaku, yakni pengertian tentang baik dan buruknya suatu hal. Dengan adanya etika, kita dapat memiliki petunjuk, orientasi, serta arah kehidupan yang dianggap lebih positif (Kompas, Vanya Putri, 2022).
Etika Bermedia Sosial
Pada era digital ini, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial telah menjadi bagian yang berkaitan erat dalam kehidupan kita. Namun, di balik kemudahannya sebagai sarana komunikasi dan informasi, penting bagi setiap penggunanya untuk memahami dan menerapkan etika bermedia sosial. Berdasarkan laporan Digital Civility Index (DCI) yang dirilis oleh Microsoft, tingkat kesopanan netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara (Kompas, Maya Rosa, 2022). Fenomena ini menjadi suatu hal yang menjadi keprihatinan dan membutuhkan perhatian dari seluruh pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Dengan menerapkan etika dalam bermedia sosial, kita dapat menghindari menyakiti perasaan orang lain, kesalapahaman, dan konflik. Selain itu, kita juga dapat membangun lingkungan berkomunikasi yang lebih menyenangkan, nyaman, dan efisien. Maka dari itu, berikut adalah beberapa cara untuk menerapkan etika bermedia sosial:
Menggunakan tutur bahasa yang baik dan sopan: Hal ini menjadi penting untuk meminimalisir terjadinya kesalahpahaman antara satu pihak dengan pihak lainnya. Setiap orang memiliki budaya dan preferensi bahasa yang berbeda, sehingga dapat memahami dan memaknai konten secara berbeda-beda. Maka, alangkah baiknya bagi kita untuk menggunakan bahasa yang sopan, layak, jelas, dan lugas.
Menghindari penyebaran SARA, pornografi, dan aksi kekerasan: Hal ini menjadi salah satu bentuk dan upaya kita dalam menghargai perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan. Selain itu, kita juga tidak perlu terlibat dalam penyebaran konten yang berunsur pornografi maupun tindakan kekerasan karena tidakan tersebut tidak mengedukasi dan menunjukkan bahwa diri kita tidak bermoral. Dengan mengarahkan fokus kita untuk menyebarkan informasi yang berguna bagi masyarakat luas, maka kita telah berkontribusi dalam memberikan dampak yang positif dan menghindari timbulnya suatu konflik.
Menghargai hasil karya orang lain: Apabila kita menyebarkan informasi, baik dalam bentuk foto, tulisan, maupun video milik orang lain, maka kita harus mencantumkan sumber informasi tersebut. Hal ini menjadi salah satu bentuk penghargaan kita atas hasil karya seseorang. Dengan melakukan hal ini, kita juga menjadi terhindar dari plagiarisme atau pelanggaran hak cipta.
Tidak menyebarkan hoax: Sebelum menyebarkan suatu berita, kita perlu waspada dan bersikap kritis dalam melihat kebenaran dari informasi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan kredibilitas sumber, melakukan cross-check dari berbagai sumber terpercaya, berhat-hati dengan judul provokatif, serta melakukan verifikasi data.
Apabila kita sedang berbicara mengenai etika bermedia sosial, maka hal ini memiliki hubungan yang erat dengan jejak digital.
Jejak digital
Menurut artikel yang diunggah VIDA (Agustus, 2024), jejak digital adalah rekaman atau jejak informasi yang kita tinggalkan saat menggunakan internet dan perangkat digital lainnya. Jejak digital dapat berupa data pribadi, riwayat pencarian, interaksi di media sosial, lokasi geografis, dan lainnya. Jejak digital dapat diketegorikan menjadi dua jenis, yakni jejak digital aktif dan pasif. Jejak digital aktif adalah jejak digital yang dengan sengaja dan sadar dibagikan oleh pengguna. Contohnya, mengunggah postingan, menulis komentar, mengirim pesan pribadi, dll. Sedangkan, jejak digital pasif adalah jejak digital yang dikumpulkan tanpa sepengetahuan pengguna. Contohnya, aplikasi yang mengakses lokasi GPS, aktivitas like dan share kita yang dianalisa untuk memunculkan iklan tertarget di media sosial, serta website yang menggunakan cookies untuk melacak aktivitas online tanpa izin.
Jejak digital menjadi suatu hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan, karena:
Keamanan: Jejak digital menyimpan informasi yang sering kali sangat berharga dan sensitif. Apabila data ini jatuh ke tangan yang salah, dampaknya bisa sangat berbahaya dan merugikan pengguna. Contoh kasus terburuknya yaitu seperti pencurian identitas, penjualan identitas ilegal, penipuan, perampasan, dan lain sebagainya.
Reputasi: Jejak digital dapat mencerminkan sikap dan karakter seseorang di dunia nyata melalui perilaku yang telah dilakukannya di dunia maya. Setiap interaksi yang kita lakukan di internet dapat mempengaruhi citra atau brand-image diri kita. Di era digital ini, reputasi online menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk karier, hubungan bisnis, hingga kesempatan untuk diterima di perguruan tinggi.
Sebagi kesimpulan, tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial telah menjadi bagian dalam hidup kita. Hal yang perlu menjadi perhatian bersama yakni bagaimana kita dapat menerapkan etika dalam bermedia sosial. Secara khusus, kita perlu berhati-hati dan bijak dalam setiap interaksi yang dilakukan di dunia maya. Dengan mengelola jejak digital dengan cermat, kita dapat menghindari berbagai ancaman yang merugikan, serta membangun citra positif yang dapat membuka peluang baru di masa depan. Maka, tunggu apa lagi? Mari kita menjadi pengguna media sosial yang cerdas dan beretika!
Sumber:
https://www.kompas.com/skola/read/2022/06/20/073000769/etika--pengertian-dan-tujuan-mempelajarinya
https://digitalcitizenship.id/pengetahuan-dasar/etika-bermedia-sosial
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-pekalongan/baca-artikel/14086/Etika-Bermedia-Sosial.html
https://digitalcitizenship.id/pengetahuan-dasar/apa-itu-jejak-digital

Tidak ada komentar:
Posting Komentar